Bangsa Adalah Suatu Hasil Sejarah Istilah Itu Dikemukakan Oleh

Bangsa Adalah Suatu Hasil Sejarah Istilah Itu Dikemukakan Oleh

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

Kembali ke : Halaman Utama

Bangsa-bangsa Eropa yang datang pertama kali ke Nusantara antara lain Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Orang Portugis adalah bangsa Eropa yang paling pertama masuk ke Indonesia setelah mengintari benua Afrika. Kemudian, Spanyol masuk ke Indonesia setelah mengintari Benua Amerika dan mengarungi Samudera Pasifik. Belanda dan Inggris mengikuti jalur yang dilalui oleh Portugis.

Baca juga : Faktor-faktor Penyebab Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia

Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang mencapai Kepulauan Nusantara. Pencarian mereka untuk mendominasi sumber perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan pada abad ke-16 dan usaha penyebaran Katolik. Bangsa Portugis mesuk ke Indonesia melalui Goa-India dan Malaka.

Tahun 1487, armada Portugis yang dipimpin Bartolomeus Dias mengitari Tanjung Harapan dan memasuki perairan Samudra Hindia. Selanjutnya pada tahun 1498, pelayaran dilanjutkan di bawah pimpinan Vasco da Gama sampai di Calicut dan Goa, India.

Kemudian pada tahun 1511 dari India, Portugis mengirim ekspedisinya di bawah pimpinan Alfonso d’Alburquerque, mengikuti perjalanan para pedagang Islam menuju Nusantara. Pada tahun itu juga Portugis berhasil menduduki Malaka, pusat perdagangan Islam di Asia Tenggara.

Pada awalnya Bangsa Portugis hendak melakukan perjanjian dagang dengan dengan Kerajaan Sunda di Parahyangan pada tahun 1512. Namun, hal itu gagal karena mendapat penyerangan oleh raja-raja Islam di Jawa seperti Demak dan Banten yang menguasai pantai utara Jawa.

Bangsa Portugis mengalihkan arah ke Kepulauan Maluku, yang terdiri atas berbagai kerajaan daerah yang awalnya berperang satu sama lain. Kemudian Portugis tiba di Ternate, Maluku tahun 1512. Awalnya masyarakat Maluku dan Sultan Ternate menyambut baik kepada Portugis agar dapat membeli rempah-rempah dan membantu Ternate menghadapi para musuhnya, terutama Kesultanan Tidore.

Pada saat itu, Kesultanan Ternate di Maluku diperintah oleh Kaicil Darus meminta bantuan Portugis untuk mendirikan sebuah benteng agar terhindar dari serangan daerah lain. Tahun 1522, Portugis mengabulkan permintaan sultan ternate dengan mendirikan benteng Saint John. Benteng tersebut harus dibayar mahal dengan perjanjian monopoli perdagangan rempah-rempah, perjanjian tersebut ternyata menimbulkan kesengsaraan rakyat tidak boleh menjual rempah dengan harga bebas karna harga sudah ditetapkan portugis dengan harga murah. Akibatnya terjadi permusuhan antara Ternate dan Portugis.

Sebab-sebab perlawanan rakyat Ternate terhadap Portugis, antara lain:

Lalu Bangsa Spanyol pun tiba di Maluku, timbullah pertentangan antara bangsa Portugis dan Spanyol, pertikaian tersebut sejalan dengan adanya pertentangan Sultan Ternate dan Sultan Tidore. Untuk menyelesaikan pertikaian antara Portugis dan Spanyol itu, pada tahun 1529 dilakukan perjanjian Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain:

Bangsa Spanyol tertarik melihat keberhasilan bangsa Portugis menemukan jalur pelayaran menuju daerah asal rempah-rempah. Semangat untuk menjelajahi samudra, khususnya untuk mencari jalur pelayaran ke Asia terus dilakukan oleh bangsa Spanyol. Penguasa Spanyol, Charles V, memerintahkan Ferdinand Magellan untuk menemukan jalur langsung ke Kepulauan Maluku sebagai pusat penghasil rempah-rempah.

Berbekal pengetahuan yang dipelajarinya dari penjelajahan yang telah dilakukan oleh Columbus dan penjelajah-penjelajah lainnya, Magellan memulai pelayarannya dengan mengambil jalur ke arah barat-daya melintasi Samudra Atlantik, dan sampai ke ujung selatan Benua Amerika dan melalui selat sempit yang sekarang diberi nama Selat Magellan. Dari sana ia menyeberang ke Samudra Pasifik menuju arah Barat dan sampai di Kepulauan Filipina pada tahun 1521.

Di kepulauan tersebut, Magellan terlibat konflik antar kerajaan. Dalam sebuah perang, akhirnya Magellan mati terbunuh. Tewasnya Magellan tidak menjadikan pelayaran berhenti. Akan tetapi, di bawah pimpinan Sebastian del Cano, pelayaran terus dilakukan sampai tiba kembali di Spanyol pada tahun 1522.

Pada tahun 1521, armada dua kapal milik Spanyol berhasil mencapai Maluku yang pada waktu itu sedang dilanda persaingan antara Ternate dan Tidore. Kondisi demikian dimanfaatkan oleh Spanyol dengan memberikan dukungan kepada Tidore dalam menghadapi Ternate yang juga didukung oleh kekuatan Portugis. Rombongan Spanyol diterima baik oleh masyarakat dan dijadikan sekutu oleh Kerajaan Tidore. Hal ini dikarenakan pada saat itu Tidore sedang bermusuhan dengan Kerajaan Ternate yang bersekutu dengan Portugis.

Sebaliknya, kedatangan Spanyol di Maluku bagi Portugis merupakan pelanggaran atas hak monopoli. Oleh karena itu, timbullah persaingan antara Portugis dan Spanyol. Sebelum terjadi perang besar antara kedua bangsa tersebut yang akhirnya diselesaikan dengan Perjanjian Saragosa. Berdasarkan perjanjian tersebut, Spanyol harus keluar dari wilayah Maluku dan kembali ke Filipina. Sedangkan Portugis tetap berkuasa di Maluku dan melakukan aktivitas monopoli perdagangan.

Orang Belanda pertama kali masuk ke Nusantara pada tahun 1596, berpuluh-puluh tahun setelah kedatangan Portugis dan Spanyol. Usaha pencarian rempah oleh Belanda dipengaruhi oleh dominasi Spanyol dan Portugis, dua bangsa penguasa terbesar pada masa itu. Awalnya, Belanda membeli rempah-rempah dari Lisbon, Portugal. Namun, sejak Spanyol menguasai wilayah Belanda, mereka dilarang menerima membeli rempah dari Portugis.

Sebenarnya, baik Spanyol dan Portugis mencoba merahasiakan keberadaan kepulauan Nusantara dari bangsa lain di Eropa. Namun, terdapat awak kapal asal Belanda dalam kapal Portugis yang melakukan penjelajahan. Orang-orang inilah yang membuat catatan terperinci tentang seluk-beluk strategi, kelebihan, dan kekurangan pelayaran yang dilakukan Portugis.

Empat kapal Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di pelabuhan Banten pada 27 Juni 1596. Praktik kolonialisme Belanda di Nusantara segera dimulai, dan Cornelis de Houtman adalah pembuka jalannya. Dari Banten, rombongan ini melanjutkan pelayaran ke arah timur dengan menyusuri pantai utara Jawa hingga ke Bali.

Cornelis menjadi salah satu orang paling berpengaruh. Namun, Cornelis de Houtman dikenal sebagai kapten kapal yang berperilaku buruk. Semula kedatangannya diterima oleh orang-orang Nusantara dengan tangan terbuka. Namun, ulahnya mengubah relasi itu menjadi perseteruan dan peperangan.

Meskipun begitu, rombongan Cornelis de Houtman berhasil kembali ke Belanda pada 1597 dengan membawa serta banyak peti berisi rempah. Pelayaran pertama Belanda untuk mencari rempah di Nusantara kemudian dianggap sukses.

Keberhasilan rombongan de Houtman kemudian mendorong pelayaran-pelayaran lain dari Belanda menuju wilayah Nusantara. Pada 1598, sebanyak 22 kapal bertolak dari Belanda untuk mengikuti langkah rombongan Cornelis de Houtman. Kapal-kapal tersebut bukan merupakan kapal pemerintah Republik Belanda (Belanda berbentuk republik 1581 – 1806), melainkan milik perusahan-perusahaan swasta Belanda.

Salah satu rombongan di gelombang pelayaran kedua tersebut dipimpin oleh Jacob van Neck. Berbeda dengan de Houtman, van Neck bersikap lebih hati-hati dan tidak mencoba melawan para penguasa lokal Nusantara. Pada Maret 1599, rombongan van Neck berhasil mencapai Maluku yang kala itu menjadi penghasil utama rempah-rempah dalam jumlah besar. Keberhasilan van Neck menjangkau Maluku membuatnya untung besar saat kembali ke Belanda.

Pada tahun 1601, sebanyak 14 buah kapal dari Belanda kembali datang ke Nusantara. Rangkaian pelayaran itu lantas diikuti dengan langkah orang-orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di sejumlah daerah Nusantara. Belanda sangat berhati-hati dalam melakukan kerja sama dengan kerajaan-kerajaan daerah di Nusantara. Mereka belajar dari kesalahan Portugis dan Spanyol. Hingga akhirnya Belanda terbilang cukup sukses memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Dari ketiga gelombang kedatangan ini memunculkan persaingan dagang antara perusahaan-perusahaan Belanda. Apalagi, orang-orang Belanda secara rutin mengirimkan kapal dagangnya ke wilayah Nusantara. Persaingan ini yang mendorong terbentuknya persatuan dagang Belanda yang disebut Vereenig de Oost Indische Compagnie (VOC) pada tahun 1602.

Bangsa Eropa yang paling akhir masuk ke Nusantara adalah Inggris. Pada waktu itu Nusantara sudah dimonopoli oleh orang-orang Belanda. Namun, Inggris tidak membeli rempah-rempah dari Belanda karena saat itu Belanda dikuasai oleh Spanyol salah satu saingan Inggris. Inggris mengandalkan pembelian rempah-rempah dari Portugal.

Namun, situasi itu tidak berlangsung lama. Setelah terjadi perang 80 Tahun antara Inggris dan Portugal, Inggris tidak lagi mendapatkan rempah-rempah dari Lisbon, Portugal. Orang-orang Inggris mulai melakukan pelayaran ke timur untuk mencari rempah-rempah. Pelaut Inggris mengikuti jalur Portugis dan tiba di India. Inggris kemudian berupaya memperkuat kedudukannya di India dengan membentuk perusahaan dagang bernama East India Company (EIC) pada tahun 1600.

Pada awalnya Inggris telah memasuki Maluku dan tiba di Banda pada tahun 1601. Namun, di sana terjadi perselisihan dengan Belanda yang telah terlebih dahulu tiba di Maluku.

Untuk memperkuat pengaruhnya, Pemerintah Inggris mengirim utusannya ke Banten untuk mengadakan hubungan dagang. Rombongan Inggris yang sampai ke Banten di tahun 1602 dipimpin oleh Sir James Lancaster. Sultan Banten kemudian memberi izin kepada Inggris untuk mendirikan sebuah kantor dagang di daerah Banten. Selain itu, Inggris juga berhasil mendirikan beberapa kantor dagang di daerah lainnya seperti Ambon, Makasar, Jepara, dan Jayakarta pada tahun 1604.

Selanjutnya baca juga : Sejarah Penjajahan Bangsa-bangsa Eropa di Indonesia

Jangan lupa, kunjungi pula media sosial kami! Youtube : SD Strada Van Lith 1 Facebook : SD Strada Van Lith 1 Instagram : sdstrada_vanlith1

Jakarta, tvOnenews.com - Romawi adalah salah satu bangsa yang amatlah berkuasa di masanya.

Saat Rasulullah SAW berdakwah dalam menyebarkan agama Islam, kekaisaran Romawi juga masih berkuasa.

Namun bangsa Romawi akhirnya dikalahkan oleh bangsa Persia.

Hal itu sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 2.

Artinya: Bangsa Romawi telah dikalahkan,

Tafsir Ringkas Kemenag

Ayat ini berisi prediksi Al-Qur’an terhadap kejadian yang akan datang.

Bangsa Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel pada awalnya telah dikalahkan oleh Bangsa Persia pemeluk Majusi.

Berita Bangsa Romawi Dikalahkan oleh Bangsa Persia, Negeri yang Dekat dengan Kota Mekah, Tafsir Surat Ar Rum Ayat 2 (Sumber: freepik/frimufilms)

Ayat ini menerangkan bahwa bangsa Romawi telah dikalahkan oleh bangsa Persia di negeri yang dekat dengan kota Mekah, yaitu negeri Syiria.

Beberapa tahun kemudian setelah mereka dikalahkan, maka bangsa Romawi akan mengalahkan bangsa Persia sebagai balasan atas kekalahan itu.

Bangsa Romawi yang dimaksud dalam ayat ini ialah Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, bukan kerajaan Romawi Barat yang berpusat di Roma.

Kerajaan Romawi Barat, jauh sebelum peristiwa yang diceritakan dalam ayat ini terjadi, sudah hancur, yaitu pada tahun 476 Masehi.

Bangsa Romawi beragama Nasrani (Ahli Kitab), sedang bangsa Persia beragama Majusi (musyrik).

Ayat ini merupakan sebagian dari ayat-ayat yang memberitakan hal-hal gaib yang menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an.

Pada saat bangsa Romawi dikalahkan bangsa Persia, maka turunlah ayat ini yang menerangkan bahwa pada saat ini bangsa Romawi dikalahkan, tetapi kekalahan itu tidak akan lama dideritanya.

Hanya dalam beberapa tahun saja, orang-orang Persia pasti dikalahkan oleh orang Romawi. Kekalahan bangsa Romawi ini terjadi sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.

Mendengar berita ini, orang-orang musyrik Mekah bergembira, sedangkan orang-orang yang beriman dan Nabi bersedih hati.

Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Persia beragama Majusi yang menyembah api, jadi mereka menyekutukan Tuhan.

Orang-orang Mekah juga menyekutukan Tuhan dengan menyembah berhala.

Oleh karena itu, mereka merasa agama mereka dekat dengan agama bangsa Persia, karena sama-sama mempersekutukan Tuhan.

Kaum Muslimin merasa agama mereka dekat dengan agama Nasrani, karena sama-sama menganut agama Samawi.

Oleh karena itu, kaum musyrik Mekah bergembira atas kemenangan itu, sebagai kemenangan agama politeisme yang mempercayai “banyak Tuhan”, atas agama Samawi yang menganut agama tauhid.

Sebaliknya kaum Muslimin waktu itu bersedih hati karena sikap menentang kaum musyrik Mekah semakin bertambah.

Mereka mencemooh kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka juga akan hancur, sebagaimana kehancuran bangsa Romawi yang menganut agama Nasrani.

Lalu ayat ini turun untuk menerangkan bahwa bangsa Romawi yang kalah itu, akan mengalahkan bangsa Persia dalam waktu yang tidak lama, hanya dalam beberapa tahun lagi.

Sejarah mencatat bahwa tahun 622 Masehi, yaitu setelah tujuh atau delapan tahun kekalahan bangsa Romawi dari bangsa Persia itu, peperangan antara kedua bangsa itu berkecamuk kembali untuk kedua kalinya.

Pada permulaan terjadinya peperangan itu telah tampak tanda-tanda kemenangan bangsa Romawi.

Sekalipun demikian, ketika sampai kepada kaum musyrik Mekah berita peperangan itu, mereka masih mengharapkan kemenangan berada di pihak Persia.

Oleh karena itu, Ubay bin Khalaf ketika mengetahui Abu Bakar hijrah ke Medinah, ia minta agar putra Abu Bakar, yaitu ‘Abdurraḥmān, menjamin taruhan ayahnya, jika Persia menang.

Hal ini diterima oleh ‘Abdurraḥmān.

Pada tahun 624 Masehi, terjadilah perang Uhud. Ketika Ubay bin Khalaf hendak pergi memerangi kaum Muslimin, ‘Abdurraḥmān melarangnya, kecuali jika putranya menjamin membayar taruhannya, jika bangsa Romawi menang.

Maka Abdullah bin Ubay menerima untuk menjaminnya.

Jika melihat berita di atas, maka ada beberapa kemungkinan sebagai berikut:

pertama, pada tahun 622 Masehi, perang antara Romawi dan Persia telah berakhir dengan kemenangan Romawi. Akan tetapi, karena hubungan yang sukar waktu itu, maka berita itu baru sampai ke Mekah setahun kemudian, sehingga Ubay minta jaminan waktu Abu Bakar hijrah, sebaliknya ‘Abdurraḥmān minta jaminan pada waktu Ubay akan pergi ke Perang Uhud.

Kedua, peperangan itu berlangsung dari tahun 622-624 Masehi, dan berakhir dengan kemenangan bangsa Romawi.

Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan beberapa hal dan pelajaran yang perlu direnungkan dan diamalkan.

Pertama: Ada hubungan antara kemusyrikan dan kekafiran terhadap dakwah dan iman kepada Allah.

Sekalipun negara-negara dahulu belum mempunyai sistem komunikasi yang canggih dan bangsanya pun belum mempunyai hubungan yang kuat seperti sekarang ini, namun antar bangsa-bangsa itu telah mempunyai hubungan batin, yaitu antara bangsa-bangsa yang menganut agama yang bersumber dari Tuhan di satu pihak, dan bangsa-bangsa yang menganut agama yang tidak bersumber dari Tuhan pada pihak yang lain.

Orang-orang musyrik Mekah menganggap kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi (Nasrani), sebagai kemenangan mereka juga karena sama-sama menganut politeisme.

Sedangkan kaum Muslimin merasakan kekalahan bangsa Romawi yang beragama Nasrani sebagai kekalahan mereka pula, karena merasa agama mereka berasal dari sumber yang satu.

Hal ini merupakan suatu faktor nyata yang perlu diperhatikan kaum Muslimin dalam menyusun taktik dan strategi dalam berdakwah.

Kedua: Kepercayaan yang mutlak kepada janji dan ketetapan Allah.

Hal ini tampak pada ucapan-ucapan Abu Bakar yang penuh keyakinan tanpa ragu-ragu di waktu menetapkan jumlah taruhan dengan Ubay bin Khalaf.

Harga unta seratus ekor sangat tinggi pada waktu itu, sehingga kalau tidak karena keyakinan akan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an yang ada di dalam hati Abu Bakar, tentu beliau tidak akan berani mengadakan taruhan sebanyak itu, apalagi jika dibaca sejarah bangsa Romawi pada waktu kekalahan itu dalam keadaan kocar-kacir.

sukar diramalkan mereka sanggup mengalahkan bangsa Persia yang dalam keadaan kuat, hanya dalam tiga sampai sembilan tahun mendatang.

Keyakinan yang kuat seperti keyakinan Abu Bakar itu merupakan keyakinan kaum Muslimin, yang tidak dapat digoyahkan oleh apa pun, sekalipun dalam bentuk siksaan, ujian, penderitaan, pemboikotan, dan sebagainya.

Hal ini merupakan modal utama bagi kaum Muslimin menghadapi jihad yang memerlukan waktu yang lama di masa yang akan datang.

Jika kaum Muslimin mempunyai keyakinan dan berusaha seperti kaum Muslimin di masa Rasulullah, pasti pula Allah mendatangkan kemenangan kepada mereka.

Ketiga: Terjadinya suatu peristiwa adalah urusan Allah, tidak seorangpun yang dapat mencampurinya.

Allah-lah yang menentukan segalanya sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya.

Hal ini berarti bahwa kaum Muslimin harus mengembalikan segala urusan kepada Allah saja, baik dalam kejadian seperti di atas, maupun pada kejadian dan peristiwa yang merupakan keseimbangan antara situasi dan keadaan.

Kemenangan dan kekalahan, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, demikian pula kelemahan dan kekuatannya yang terjadi di bumi ini, semuanya kembali kepada Allah.

Dia berbuat menurut kehendak-Nya. Semua yang terjadi bertitik tolak kepada kehendak Zat yang mutlak itu.

Jadi berserah diri dan menerima semua yang telah ditentukan Allah adalah sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin.

Hal ini bukanlah berarti bahwa usaha manusia tidak ada harganya sedikit pun, karena hal itu merupakan syarat berhasilnya suatu pekerjaan.

Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa seorang Arab Badui melepaskan untanya di muka pintu masjid Rasulullah, kemudian ia masuk ke dalamnya sambil berkata,

“Aku bertawakal kepada Allah,” lalu Nabi bersabda:

اِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ. (رواه الترمذى عن انس بن مالك)

Ikatlah unta itu sesudah itu baru engkau bertawakal. (Riwayat at-Tirmiżī dari Anas bin Mālik )

Berdasarkan hadis ini, seorang muslim disuruh berusaha sekuat tenaga, kemudian ia berserah diri kepada Allah tentang hasil usahanya itu.

Akhir ayat ini menerangkan bahwa kaum Muslimin bergembira ketika mendengar berita kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia.

Mereka bergembira karena:

1. Mereka telah dapat membuktikan kepada kaum musyrik Mekah atas kebenaran berita-berita yang ada dalam ayat Al-Qur’an.

2. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia merupakan kemenangan agama Samawi atas agama ciptaan manusia.

3. Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia mengisyaratkan kemenangan kaum Muslimin atas orang-orang kafir Mekah dalam waktu yang tidak lama lagi.

Itulah tafsir surat Ar Rum ayat 2 yang dilansir tvOnenews.com dari Qur’an Kementerian Agama (Kemenag).

Semoga artikel ini bermanfaat.